Bima, Suaraberadab.com – Ferbian Ibrahim, seorang pemuda yang tumbuh besar di Kananga, Kecamatan Bolo, Kabupaten Bima. Ia tumbuh dengan nilai-nilai kemandirian dan tanggung jawab yang kuat. Meski lahir di Kota Solok, Sumatra Barat, Ferbian merasa akar kehidupannya tertanam kuat di Bima, di mana ia dibesarkan sebagai anak sulung dari tiga bersaudara dalam keluarga sederhana.
Kedua orang tuanya, Afrizal dan Asmaneli, adalah pedagang bakso dan mie ayam yang selalu mengajarkan arti kerja keras. Sejak kecil, Ferbian telah dididik oleh kedua orang tuanya untuk bekerja keras demi mencapai apa yang diinginkannya, sebuah nilai yang membentuknya menjadi pribadi mandiri.
Pada tahun 2020, Ferbian memulai pendidikan tingginya di STKIP Taman Siswa Bima dengan jurusan Pendidikan Bahasa Inggris. Di awal masa perkuliahan, ia hanya berniat untuk fokus belajar, berteman, dan pulang tanpa terlibat banyak dalam kegiatan kampus. Namun, suasana hangat di jurusannya, terutama dengan semboyan “We Are One” dari Himpunan Mahasiswa Bahasa Inggris, membuatnya merasa diterima sebagai keluarga besar di lingkungan kampus. Kedekatan ini membuatnya nyaman dan aktif berinteraksi, bukan hanya dengan teman seangkatan, tetapi juga dengan para senior.
Selama masa perkuliahan, Ferbian mencapai beberapa prestasi yang membanggakan. Ia dipercaya menjadi imam salat di masjid kampus dan meraih juara dalam lomba Syarhil Quran pada Ramadhan Beradab tahun 2022. Ferbian juga terpilih sebagai peserta program Kampus Mengajar angkatan keempat pada tahun yang sama.
Tak hanya itu, ia didaulat menjadi Ketua Himpunan Mahasiswa Bahasa Inggris periode 2022 dan ketua panitia dalam acara besar seperti LC Inauguration dan English Super Camp. Selain itu, pengalaman mengajarnya bertambah ketika ia menjadi guru privat di Yayasan Mitra Education World di Kota Bima, serta menjadi operator di Madrasah Tsanawiyah di Sila, Kecamatan Bolo. Prestasi lainnya adalah juara kedua di lomba MTQ tingkat desa dalam kategori tilawah remaja.
Meski bersemangat mengikuti berbagai kegiatan, tanggung jawab keluarga menjadi prioritas utama bagi Ferbian. Sebagai anak laki-laki tertua, ia sering kali harus menolak program yang membutuhkan waktu lama di luar rumah demi menjaga dan membantu ibu serta adik-adiknya. Keterlibatan Ferbian dalam berbagai aktivitas kampus awalnya tidak direncanakan, namun kebutuhan ekonomi memotivasinya untuk kuliah sambil bekerja.
Terdapat dua faktor yang menjadi dasar motivasi Ferbian dalam menyelesaikan kuliahnya. Pertama, ia adalah penerima Beasiswa KIP dari pemerintah. Kesadaran bahwa beasiswa ini merupakan bantuan bagi mahasiswa dari keluarga berpenghasilan rendah membuatnya bertekad untuk memanfaatkan bantuan ini sebaik mungkin dan mengabdikan ilmu yang didapatkan demi kepentingan masyarakat.
Kedua, sebagai anak pertama, ia merasa bertanggung jawab untuk menjadi teladan bagi adik-adiknya serta tulang punggung tambahan bagi keluarganya. Impiannya adalah membuat orang tua bangga dengan gelar sarjana yang ia raih dan membantu perekonomian keluarga.
Di akhir, Ferbian memiliki pesan yang dalam bagi para mahasiswa lainnya. Ia berpesan agar mereka menghargai kesempatan kuliah yang diberikan, karena keluarga, terutama orang tua, telah berkorban banyak demi pendidikan anak-anaknya. Ia mengingatkan bahwa orang tua rela menahan lapar, menghemat uang, dan mengorbankan kesenangan pribadi demi masa depan yang lebih baik bagi anak-anaknya.
Bagi Ferbian, menghargai, menghormati, dan melindungi keluarga adalah bentuk bakti tertinggi yang harus terus dipegang erat sepanjang hidup. (Tim)