Dosen STKIP TSB Ternyata Atlet Tenis Meja Nasional

Gambar (ist): Tampak Suherman yang tengah menunjukkan sertifikat.

Dosen STKIP Taman Siswa Bima memang keren. Salah satunya adalah Suherman, SH, MH. Ayah tiga anak ini sukses menjadi atlet tingkat nasional. Pria kelahiran Lombok Tengah itu sudah banyak meraih prestasi aduhai di skala nasional, khususnya dalam bidang tenis meja. Beberapa prestasi yang sudah ia persembahkan di antaranya, peraih perak pada Kejuaraan PGRI Nasional tahun 2016 yang berlangsung di Riau. Selain itu, lelaki murah senyum ini juga berhasil menyumbangkan beberapa medali di berbagai kejuaraan. Simak ceritanya berikut ini.

Penulis: Alfani Wulandari

Suherman lahir di Batujai Praya, Barat Lombok sebagai anak kelima dari enam bersaudara. Ayahnya bernama M. Djafar Abdullah, A.Ma.Pd sedangkan ibunya adalah seorang perempuan bernama Almrh. ST. Jaenab. Pada tahun 2010 , Suherman menikah dengan wanita bernama Sri Komalasari S,Pd. Pernikahannya dikaruniai 3 orang anak. 2 laki-laki dan 1 perempuan. Di antaranya Muhammad Alif Yazid Azdan, Muhammad Naufal Afkar, Yumna Azzahwa Zulaikha.

Pagi itu sekitar pukul 08.14 WITA,  Di ruang tamu berukuran 13×8 meter itu seakan menjadi saksi perjalanan prestasi Suherman di cabang tenis meja. Puluhan medali, mulai dari perak hingga perunggu terpajang di salah satu dinding. Ditata menjadi satu dan dibingkai. Sementara di sisi lain tertempel pula foto-foto kenangan dirinya saat berlaga di berbagai event di luar daerah. Bukan hanya foto saat bertanding tapi juga ketika berjalan-jalan dengan keluarga kecilnya.

Sangat wajar bila Suherman ini sudah mengoleksi banyak medali dan piala dari sepak terjangnya di tenis meja. Pria yang dikenal dengan panggilan Kang Man ini sudah bergelut dengan olahraga tenis meja sejak usia 5 tahun: 1989. Maklum sang ayah juga atlet tenis meja andalan sejak itu. Saat dirinya duduk di bangku sekolah dasar (SD) 1990 ia pindah ke Bima. Ia bergabung dengan klub tenis meja yang didanai oleh Drs. H. Sudirman M.Si. Yang juga kini dianggapnya sebagai ayahnya sendiri. Karena itulah ia mulai semangat dan memiliki motivasi tinggi.

Saat berada di klub, ia mengawali karir bermain tenis meja dari perlombaan tingkat Kabupaten. Saat itu ia tampil di Pekan Olahraga dan Seni (Porseni) tingkat SD pada tahun 1993 saat kelas 3. “Porseni dulu adalah pertandingan perdana saya, ya walaupun belum bisa membawa pulang medali,” terangnya.

Namun dia tetap berlatih. Tahun 1995, Ia kembali mengikuti pertandingan Porseni tingkat SD. Suherman sudah mampu membawa pulang medali perak. Semenjak itu, dia menyadari mampu berprestasi dalam bidang tenis meja. Prestasi demi prestasi pun diraihnya. Di antaranya medali perak pada pertandingan Bupati Cup pada tahun 1996 dan berbagai kejuaraan lainnya yang tidak bisa dihitung.

Dia pun tak dapat mengingat sudah berapa banyak trofi yang diraihnya saat itu. Hal ini membuatnya semakin semangat dan bertekad untuk mempertahankan hingga meningkatkan prestasi olahraga tenis meja di tingkat provinsi.

Pria dengan tinggi badan 161 cm ini mulai menikmati karir menjadi atlet tenis meja. Pasalnya, untuk bisa ikut memenangkan pertandingan, setidaknya dia harus mengalahkan sekitar 20 pemain. “Pagi sampai sore itu latihan dan latihan,” ungkapnya. Menurutnya, berlatih menjadi atlet tenis meja itu membutuhkan proses. Latihan terbagi menjadi beberapa sesi. Yakni spamming pukulan, sparing dan ikut perlombaan. Dari rangkaian latihan itu, pria yang paras tampan ini mengaku mental juga sangat berpengaruh agar performa saat bertanding bisa maksimal. Pasalnya, sebaik apa pun dirinya menguasai teknik, bila grogi kemampuannya bisa turun.

Selang dua tahun, pria yang berdomisili di Panda itu, kembali tampil dalam Pekan Olahraga dan Seni (Porseni) pada tahun 1995 pada tingkat Provinsi dengan membawa pulang medali perak. Melihat Suherman berpotensi besar dalam olahraga tenis meja, ia digembleng untuk mengikuti Training Center (TC) di Mataram pada tahun 1999 saat berusia 15 tahun. Setelah berlatih intensif, tahun 2012 ia tampil dalam kejuaraan Bupati Lotim CUP dengan meraih medali emas. Meraih medali perak pada Kejuaraan terbuka BCA Cup di Mataram, Medali Perak pada kejuaraan Sudirman Cup se-NTB, Gemilang Cup se-NTB meraih medali emas dan masih banyak lagi kejuaraan-kejuaraan yang diikuti olehnya.

Debut Suherman di sekala Nasional bermula saat berusia 15 tahun, tepatnya pada Pekan Olahraga Pelajar Nasional (POPNAS) Pada tahun 1999 di Surabaya, Jawa Barat mewakili NTB. Ia tampil di nomor tunggal putra tetapi gagal membawa pulang medali, namun ia tetap gigih berlatih agar mampu membuktikan bahwa dia bisa. 12 tahun berselang, Pria 38 tahun ini kembali tampil pada Kejuaraan Nasional Regional Bali Nusra 2011 di Bali, Namun hasilnya nihil. Baginya, menang kalah wajar. Walaupun perasaannya tetap sedih karena gagal menggapai medali “Tapi saya harus tetap semangat,” terang lelaki yang saat ini dosen di STKIP TAMAN SISWA BIMA itu.

Tidak pantang menyerah begitu saja, selang setahun ia kembali tampil dengan nomor tunggal putra pada PON XIV Riau saat berusia 28 tahun dan hasilnya tetap kosong. Dengan pengalaman tersebut, Suherman berlatih intensif dengan kembali mengikuti Training Center (TC) di pusat pelatihan club sejahtera Palembak Ampenan Lombok, Mataram. Di tempat tersebut ia tidak hanya dilatih secara fisik tapi juga mental. Berkat semangat, konsentrasi, kegigihan berlatih intensif serta ketekunannya menggeluti tenis meja, Pria yang memiliki postur tubuh yang proporsional ini mampu mengharumkan Nusa Tenggara Barat di pentas Nasional.

Pada Kejuaraan PGRI Nasional 2013 di Samarinda Kalimantan Timur, Suherman membawa nama Nusa Tenggara Barat (NTB) berada di peringkat ke-6. “Itu adalah awal langkah yang baik,” ungkapnya. Kemudian pada Kejuaraan Nasional di Jawa Tengah tahun 2014, ia tetap mengharumkan nama Nusa Tenggara Barat (NTB). Karena meski tidak membawa pulang medali, tetapi berhasil menduduki peringkat ke-8 Nasional untuk nomor tunggal putra. Selang 2 tahun, pria berdomisili di Panda itu, kembali tampil pada nomor tunggal perorangan putra saat berusia 32 tahun pada Kejuaraan PGRI Nasional. “Ini adalah partisipasi kedua saya pada Kejuaraan PGRI Nasional. Terimakasih Allah SWT atas bakat yang telah diberikan kepada saya, saya akan melakukan yang terbaik untuk Nusa Tenggara Barat (NTB)”, ungkapnya. Dan terbukti pria kelahiran 5 mei 1884 itu berhasil membawa pulang medali perak setelah di semifinal mengalahkan lawannya dari Jawa tengah. Dan menuju final ia kalah dari Jawa barat.

Dari berbagai prestasi yang diraihnya. Tak semua pertandingan diikutinya dalam kondisi prima. Buktinya Pria kelahiran 1984 mengalami cedera pada PORPROV NTB 2014 saat tampil Final Perorangan Putra melawan Defri dari KSB. Meski cedera, ia tetap kekeh ingin melanjutkan pertandingan. Suherman pun berhasil membuktikan. Biarpun dengan kondisi tak prima, dia mampu menyabet Medali Perak.

Setelah pengalaman tergressnya itu, ia tetap bergelut di dunia tenis meja. Saat ini juga ia mengambil kursus kepelatihan untuk melatih pemain Kabupaten Bima yang memiliki bakat dalam olahraga tenis meja. Menurutnya, bibit unggul yang ada harus dibina agar lebih matang. Agar maksimal dalam membela bangsa dan negara. “Mereka berhak dan butuh mendapatkan pembinaan tenis meja yang baik,” tegas Suherman.

Ia berharap, Kab Bima bisa kembali memiliki atlet-atlet tenis meja berbakat yang bisa mengharumkan nama Nusa Tenggara Barat (NTB). “Harapannya Kab. Bima untuk cabang olahraga tenis mejanya bisa kembali bangkit. Kita (Kab Bima) sebenarnya punya modal, salah satunya GOR Sudirman yang sudah sejak lama dikenal sebagai tempat penghasil atlet tenis meja terbaik daerah,” ujarnya.

Suherman meyakini, banyak bibit-bibit atlet tenis meja berbakat dari Kabupaten Bima yang saat ini menunggu untuk bisa memberikan sumbangsihnya terhadap daerah. Hanya lantaran terkendala proses pelatihan dan pembinaan, menjadikan mereka para atlet muda kurang bisa dimaksimalkan.

Di dunia pendidikan, pada tahun 2007, Suherman lulus sebagai Sarjana Hukum (S.H) dari jurusan Hukum Pidana, Fakultas Hukum, Universitas Mataram. Kemudian melanjutkan pendidikan di jenjang S2 dengan mengambil jurusan MIH fakultas hukum di Universitas Mataram. Dan lulus S2  pada tahun 2016 saat berusia 32 tahun. Tetapi ia mulai kerja menjadi dosen pada tahun 2010 dan mulai bekerja di STKIP Taman Siswa Bima pada tahun 2008. Siapa sangka dibalik kehidupannya sebagai atlet andalan Nusa Tenggara Barat, sosok pria ditengah kesibukkan menjadi dosen di STKIP Taman Siswa Bima dan berbagai kesibukkan lainnya. Ia harus membagi waktu dengan keluarga, isti dan ketiga anaknya. Ia tidak memaksakan anak-anaknya untuk menggeluti olahraga tenis meja. Meski begitu, Pria berumur 38 tahun ini tetap berharap salah satu di antara ketiga anaknya akan ada yang mengikuti jejaknya sebagai seorang atlet. (*)

Pos terkait