Dari Bima ke Tasikmalaya, Pengalaman Berkesan Seli Tri Amandha di Universitas Siliwangi

Tasikmalaya, Suaraberadab.com – Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) membuka pintu bagi mahasiswa Indonesia untuk merasakan pengalaman belajar lintas kampus dan budaya. Salah satu peserta yang berhasil menjalani program ini adalah Seli Tri Amandha dari STKIP Taman Siswa Bima. Seli begitu biasa disapa mendapat kesempatan belajar di Universitas Siliwangi, Tasikmalaya. ia berhasil lolos pada program PMM 4 Program ini bukan sekadar tentang akademik, tetapi juga perjalanan budaya dan personal yang penuh makna.

Sebelum keberangkatan, Seli menyiapkan dokumen administrasi dengan teliti. “Pendaftarannya cukup kompetitif. Saya harus melampirkan transkrip nilai, surat rekomendasi, dan menulis esai motivasi,” ungkapnya. Setelah dinyatakan diterima, Seli segera mencari tahu tentang Universitas Siliwangi dan Kota Tasikmalaya. Ia juga mengikuti sesi orientasi yang diselenggarakan baik oleh kampus asal maupun kampus tujuan untuk mempersiapkan diri lebih baik.

Bacaan Lainnya

Sesampainya di Tasikmalaya, Seli disambut hangat oleh mahasiswa Universitas Siliwangi yang membantunya menemukan tempat tinggal dan beradaptasi dengan lingkungan kampus.

Selama satu semester, Seli berkesempatan mempelajari perbedaan kurikulum dan metode pengajaran di Universitas Siliwangi. Ia mengambil beberapa mata kuliah lintas Prodi (program studi), berbeda dengan fokus utamanya di Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) di STKIP Taman Siswa Bima. Salah satu program penting dalam pertukaran ini adalah Modul Nusantara, yang memperkenalkan budaya lokal dan mengajarkan kebinekaan.

“Modul Nusantara adalah kegiatan wajib bagi peserta PMM. Di sini, kami diajak untuk mengenal lebih dalam budaya Tasikmalaya dan sekitarnya,” ujar Seli. Kegiatan tersebut mencakup kunjungan ke Kampung Naga dan Sunda Wiwitan, dua komunitas adat yang mempertahankan budaya tradisional mereka. “Momen kunjungan ke kampung adat ini sangat berkesan. Saya jadi lebih memahami budaya Sunda dan cara masyarakat setempat melestarikannya.” Lanjutnya.

Tak hanya itu, Seli juga mengunjungi berbagai destinasi wisata terkenal seperti Gunung Galunggung, Pantai Pangandaran, dan Talaga Bodas, sekaligus mengenal keragaman bahasa dan adat istiadat yang ada di Tasikmalaya.

Meski banyak pengalaman menyenangkan, Seli mengakui adanya beberapa tantangan. “Perbedaan budaya dan bahasa sempat menjadi kendala, terutama dalam berkomunikasi dengan masyarakat lokal,” katanya. Namun, hal ini justru menjadi kesempatan baginya untuk belajar lebih adaptif dan menghargai keberagaman.

Manajemen waktu juga menjadi ujian tersendiri. “Jadwal kuliah yang padat terkadang berbenturan dengan keinginan untuk eksplorasi,” ujar Seli. Selain itu, rasa rindu pada keluarga di Bima juga sempat muncul, terutama pada awal program. Namun, seiring waktu, Seli belajar untuk lebih disiplin dan efisien dalam mengatur waktu antara studi dan kegiatan sosial.

“Program ini mengajarkan saya untuk menghargai perbedaan. Kadang muncul ego dan keinginan untuk dimengerti, tapi justru dari situ kami belajar memahami satu sama lain,” ungkapnya.

Setelah menyelesaikan masa belajar satu semester di Universitas Siliwangi, seluruh peserta pertukaran mempersiapkan kepulangan ke daerah asal masing-masing. “Kami diberi fasilitas menuju Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta. Perjalanan ke bandara memakan waktu sekitar tujuh jam,” kenang Seli. Setibanya di Jakarta, mereka mendapat penginapan untuk beristirahat sebelum melanjutkan penerbangan pada hari berikutnya.

Pengalaman Seli di Tasikmalaya tidak hanya menambah wawasan akademiknya, tetapi juga memperkaya pemahamannya tentang budaya dan kebinekaan Indonesia. Ia pulang dengan membawa pelajaran berharga tentang adaptasi, manajemen waktu, dan pentingnya menghargai perbedaan.

“Pertukaran Mahasiswa Merdeka adalah salah satu pengalaman terbaik dalam hidup saya. Program ini mengajarkan banyak hal tentang Indonesia, diri saya sendiri, dan bagaimana saya bisa berkontribusi lebih baik di masa depan,” tutup Seli dengan bangga. (Tim)

Pos terkait