Bima, Suaraberadab.com— Manager Program Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (Innovation for Indonesia’s School Children Australia Indonesia Partnership/ INOVASI), Mark Heyward memuji berbagai perubahan yang telah dilakukan Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Taman Siswa (STKIP Tamsis) Bima dalam mendorong kegiatan literasi di Kabupaten Bima.
Pola pendekatan belajar yang tidak mengacu pada tingkat kelas, namun berdasarkan tingkat kemampuan siswa, Teaching at the Right Level (TaRL) yang dikembangkan oleh Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) STKIP Tamsis Bima telah berhasil meningkatkan kualitas belajar terhadap peserta didik.
Kolaborasi antara pemerintah, LPTK dengan seekolah yang didorong oleh STKIP Tamsis Bima menjadi kata kunci mewujudkan berbagai perubahan sekolah sasaran pada tiga kecamatan di Kabupaten Bima yang masuk dalam program gerakan masyarakat (Gemar) literasi.
“Hasil yang dapat kita rasakan hubungan antara pemerintah, LPTK dan sekolah yang sudah sangat jauh dibandingkan kabupaten lain. Tiga kata kunci ini merupakan pilar sistem pendidikan Indonesia dari hulu hingga hilir. Kami juga tahu perubahan yang didorong STKIP Taman Siswa,” ujar Mark Heyward saat mengikuti seminar nasional dan lokakarya memperkuat kolaborasi pemerintah dan LPTK dalam meningkatkan kecakapan dasar siswa secara virtual, Rabu (10/8/2022).
Heyward menilai, terbitnya regulasi dalam bentuk peraturan bupati (Perbub) Bima tentang literasi yang didorong oleh tim Gemar Literasi menunjukan bahwa elemen masyarakat benar- benar berpihak kepada siswa, menggerakan elemen dalam pemerintah seperti Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda, dan Olahraga (Dikbudpora) dan pemangku kepentingan lain (stake holder). Bahkan Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (DPMDes) hendak terlibat mendorong kegiatan literasi.
“Kepada Bupati Bima, Kepala Bappeda dan jajaran, selamat kepada Ibu Bupati Bima dan stake holder atas seminar nasional. Semoga tujuan bisa berjalan optimal. Saya senang sekali bergabung, mohon maaf tidak bisa tatap muka, tetapi secara virtual,” kata Heyward saat menyapa ratusan peserta seminar nasional dan lokakarya memperkuat kolaborasi pemerintah dan LPTK dalam meningkatkan kecakapan dasar siswa di Auditorium Sudirman STKIP Tamsis Bima.
Dia berharap berbagai upaya yang didorong STKIP Tamsis Bima dan pemangku kebijakan berkaitan melalui tim Gemar Literasi Kabupaten Bima akan terus meningkatkan wujud pendidikan inklusi.
“Ini luar biasa Bapak-Ibu. Semua perubahan ini akan sulit tercapai tanpa dukungan berbagai pihak termasuk Ibu Bupati dan Bapak Wakil Bupati. Hasil yang dapat kita rasakan hubungan antara pemerintah, LPTK dan sekolah yang sudah sangat jauh lebih baik dibandingkan kabupaten lain,” katanya.
Mark Heyward berharap, tenaga pendidikan dan kependidikan serta seluruh pemangku kepentingan yang terlibat dalam mendorong program literasi sebagai bagian dari upaya mewujudkan pendidikan inklusi, dapat berbagi cerita keberhasilan program yang didukung Pemerintah Australia tersebut. Program pendidikan inklusi adalah salah satu agenda reformasi.
“Selain siswa, program ini meningkatkan kesadaran guru, bahwa semua anak bisa belajar asalkan difasilitasi. Ini perubahan mendasar yang sangat penting untuk Kabupaten Bima, ketika menghasilkan program praktis,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua STKIP Tamsis Bima, Dr Ibnu Khaldun Sudirman M.Si mengatakan, orang-orang yang bekerja untuk sektor pendidikan adalah pihak yang berkontribusi untuk pembangunan. Pendidikan menjadi indikator pertama dan utama dalam indikator pembangunan manusia. Karena segala sesuatu berawal dari pendidikan. Untuk itu, pihaknya mengapresiasi atas kontribusi dan partisipasi aktif sejumlah guru senior (pengawas) dalam kegiatan seminar nasional dan lokakarya.
“Tiga capaian yang disampaikan oleh Tuan Mark adalah salah contoh best practice terkait penyusunan kebijakan yang sehat, di mana semua pihak dilibatkan dari perencanaan pelaksanaan sampai evaluasi. Program ini juga berjalan sejak 2016 berkelanjutan dan sangat sistimatis. Jadi, mewariskan peletakan dasar sistem yang kuat, di mana ada kesadaran komunal (multipihak) untuk bekerja satu persatu menyelesaikan masalah literasi dasar siswa,” katanya.
Dikatakannya, kompeksitas pendidikan selama ini memerlukan jalan keluar, sehingga tim LPTK STKIP Taman Siswa telah berhasil menciptakan model pendekatan pembelajaran TaRL. Kebijakan berbasis ilmu pengetahuan (knowledge) atau pola pendekatan berdasarkan riset (policy based on science) melalui praktik terbaik (best pratice) dalam sektor pendidikan mampu menciptakan berbagai perubahan ke arah positif.
“Bapak-Ibu peserta seminar, hari ini adalah hari yang sangat membahagiakan. Kalau menurut saya ini bentuk best practice, menggunakan banyak kebijakan berbasis pengetahuan. Ada 25 sekolah di tiga kecamatan, ini kita kira masalah pendidikan yang mengalami kompleksitas. Bisa menjadi rujukan nasional model TaRL yang tidak banyak dilakukan secara nasional, tapi dilaksanakan di NTB dan khususnya Kabupaten Bima,” ujar Ibnu.
Kolaborasi menjadi kunci tercapainya visi-misi organisasi. Gemar Literasi melalui pendekatan pembelajaran TaRL mendapat pengakuan kementrian dan program INOVASI yang dibiayai oleh Pemerintah Australia.
Pada aspek lain, Dinas Dikbudpora atau dari sisi eksekutif harus berjuang keras untuk meningkatkan anggaran untuk kegiatan pendidikan, terutama saat berhadapan dengan Tim Penyusunan Anggaran Daerah (TPAD) dari kalangan legislatif. Tidak sedikit harus diselesaikan melalui pendekatan di meja makan.
“Kita punya kesadaran kolektif di bawah tim Gemar Literasi, banyak doktor dan para master mengalokasi waktu tanaga dan pikiran bekerja di sini. Saya kira ini adalah best practice berbasis riset. Menghimpun teman-teman untuk melahirkan kebijakan yang sehat,” ujar alumnus UGM dan Universitas Indonesia ini.
Dr Ibnu Khaldun juga memaparkan, setelah 15 tahun berkiprah ikut memberi warna pendidikan tinggi di Bima, STKIP Tamsis Bima telah menghasilkan 8.000 alumni, di mana 3.000 di antaranya bekerja pada sektor pendidikan yang tidak saja terfokus pada wilayah Indonesia Tengah, namun menjadi penggerak pendidikan (guru) di wilayah Indonesia Timur dan Indonesia Tengah bagian Utara seperti Kalimantan.
Beberapa aktivis muda mahasiswa seperti Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) juga menjadi bagian dari aktor yang melakukan berbagai perubahan untuk meningkatkan literasi sebagai wujud pendidikan inklusi.
“Bima mungkin telah banyak pihak yang memberikan stigma negatif tentang blokade jalan, melakukan kekerasan. Tapi kita juga bisa menguatkan bahwa Bima banyak orang-orang yang bekerja untuk hal-hal baik misalnya Gemar Literasi untuk mewujudkan Bima Ramah,” ujarnya.
Dr Ibnu Khaldun menambahkan, intervensi program INOVASI telah mampu meletakan dasar- dasar kebijakan yang menjadi salah satu referensi. Untuk itu, Bupati Bima juga diharapkan mendorong dan melanjutkan program baik tersebut dengan mengibaskan pendampingan yang telah berhasil dilakukan terhadap sekolah pada tiga kecamatan kepada 418 sekolah dasar (SD) di Kabupaten Bima.
“Tujuannya satu Bima ini terus jadi satu, bersinar dan bekerja untuk mewujudkan peradaban. Banyak mahasiswa kami yang dididik dari single parent sehingga kadang mereka harus ke ladang. Kami mengucapkan terima kasih kepada Fasda (fasilitator daerah). Kami tidak akan berhenti setelah INOVASI,” pungkas Dr Ibnu.
Seminar nasional dan lokakarya memperkuat kolaborasi pemerintah dan LPTK dalam meningkatkan kecakapan dasar siswa yang berlangsung secara hybrid juga dihadiri secara virtual oleh Manager Program INOVASI NTB, Sri Widuri dan sejumlah pejabat seperti Bupati Bima, Hj Indah Dhamayanti Putri SE, perwakilan Direktorat Sekolah Dasar Kemendikbud, perwakilan Badan Penjamin Mutu Pendidikan (BPMP) NTB, Yudha Purwaka, Kepala Bappeda Kabupaten Bima, Suwandi ST MT, Manager Gemar Literasi, Dr Syarifuddin M.Pd, kepala sekolah, guru, pengawas dan sejumlah pemangku kepentingan (stake holder) pendidikan. Usai menyampaikan sambutan, Bupati Bima menyempatkan mengunjungi stand atau geleri model alat pembelajaran. [FH]