Bima, Suaraberadab.com— Sesuai data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS), beberapa tahun terakhir Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index/ HDI) Kabupaten Bima berada pada ujung nadir di Pulau Sumbawa. Hal ini tentu memberi gambaran gamblang tentang kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di bagian timur Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Lalu siapa yang bertanggung jawab terhadap fakta mencengangkan ini?
Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Dikbudpora) Kabupaten Bima, Drs Zunaidin MM mengatakan, ada beberapa permasalahan yang menjadi kendala dalam mendongkrak IPM Kabupaten Bima, di antaranya faktor anggaran yang terbatas dan status daerah terdepan, terpencil, dan tertinggal (3T) yang melekat dengan daerah yang memiliki visi Bima Ramah ini.
Kendati masuk daerah kategori 3T dengan IPM terendah di Pulau Sumbawa, menurut Zunaidin, akses pendidikan di Kabupaten Bima telah merata hingga pelosok. “Secara keseluruhan di setiap sudut pendidikan di Kabupaten Bima sudah merata secara maksimal. Walaupun ada sebagian (yang) belum maksimal, maka akan ada gilirannya. Sebab Bima masuk wilayah 3T dan minimnya anggaran yang tersedia,” kata Zunaidin saat menjadi pembicara dalam seminar pendidikan yang digelar Badan Eksekutif Mahasiswa Republik Mahasiswa, Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Kependidikan Taman Siswa (BEM Rema STKIP Tamsis) Bima di Auditorium Sudirman, Rabu (23/3/2022) lalu.
Menurut mantan penilik pendidikan ini, IPM tidak hanya disumbang sektor pendidikan, namun juga dipengaruhi faktor lain seperti realitas ekonomi, angka harapan hidup dan indeks kesejahteraan masyarakat. Pada sisi lain, Menteri Pendidikan sering mengubah kurikulum pendidikan karena pertimbangan menyesuaikan perkembangan zaman, ilmu dan teknologi (Iptek).
Dikatakannya dia, realitas sosial munculnya kenakalan remaja yang dilakukan pelajar menjadi bukti bahwa tak hanya guru dan pemerintah bukan faktor penentu keberhasilan pendidikan. “Tetapi peran orang tua, masyarakat dan lingkungan juga menetukan pendidikan seoarang anak,” ujar mantan Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bima ini.
Ketua BEM Rema STKIP Tamsis Bima, Kusmadin menjelaskan, seminar pendidikan yang digelar BEM setempat bersama Dinas Dikbudpora Kabupaten Bima diharapkan memetakan berbagai persoalan dalam sektor tersebut. Misalnya persoalan sarana dan prasarana pendidikan yang masih belum memadai.
“Melalui seminar pendidikan ini, kita bisa menguliti lebih dalam berbagai polemik pendidikan, sehingga kita anggap pendidikan kita masih abu-abu dengan kurangnya sarana dan prasarana penunjang pendidikan,” katanya.
Dikatakannya, menghadapi revolusi industri 4.0 harus disertai berbagai kesiapan. “Sebab di tingkatan Rema masih banyak yang menyalah gunakan kemajuan ini karena minimnya SDM,” ujarnya.
Kepala Bagian Kemahasiswaan STKIP Tamsis Bima, Taufik SH MH mengatakan, seminar pendidikan yang digelar adalah inisiatif BEM Rema dan merupakan hasil kerja bersama Dinas Dikbudpora Kabupaten Bima.
“Saya sampaikan permohonan dari Pak Ketua STKIP Taman Siswa, karena belum berkesempatan hadir, karena ada kegiatan di luar. Kegiatan seminar ini lebih awal atas inisiatif BEM Rema dan kerja sama dengan (Dinas) Dibudpora Kabupaten Bima, sesuai kesepakatan dalam pertemuan BEM REMA, Kabag Kemahasiswaan dengan Dinas Dikbudopora di ruangan Kabid Dikpora,” ujar Taufik dalam sambutannya mewakili Ketua STKIP Tamsis Bima, sekaligus membuka seminar pendidikan.
Tim Gerakan Masyarakat Literasi (Gemar Literasi) Kabupaten Bima, Arif Hidayad M. Pd mengatakan, melalui seminar pendidikan, diharapkan memantik kepedulian semua pihak (stake holder), sehingga bisa menuntaskan berbagai pekerjaan rumah pada bidang pendidikan. “Melalui seminar ini juga, kita bisa merekomendasikan solusi kongkrit terhadap seluruh tamu undangan secara proposional dan tanpa harus mengambil Tupoksi (tugas pokok dan fungsi) kerja orang lain,” ujarnya.
Pada kesempatan yang sama, pemerhati pendidikan di Kabupaten Bima, Arif Kurniawan S. Sos mengatakan, gambaran kompleksitas pendidikan harus ditinjau dari seluruh jenjang, dari pendidikan anak usia dini (PAUD) hingga perguruan tinggi. “Itu memilikih sisi yang saling bergantungan dan berkaitan erat di setiap tingkatannya,” ujar mantan Ketua Partai Rakyat Demokratik (PRD) Kabupaten Bima yang juga tokoh pemuda Kae ini. [RF]