Bima, Suaraberadab.com – Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) menjadi fasilitator yang memberikan kesempatan bagi seluruh Mahasiswa di seluruh Indonesia untuk bisa mengikuti proses perkuliahan satu semester baik di Perguruan Tinggi maupun Perguruan Swasta. Program yang digagas memberi nuansa baru dalam mengeksplor dan mempelajari keberagaman budaya nusantara bagi para pesertanya.
Berbagai kisah unik juga dilalui oleh Maryati, Mahasiswa Semester 7 Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) STKIP Taman Siswa Bima yang tengah menjalani Program PMM di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Mengawali penugasan pada 14 September 2023 disambut dengan sangat hangat di UMM memberikan kesan yang sulit untuk dilupakan bagi Maryati.
Maryati mengaku takjub pertama kali menginjakkan kakinya di tempat yang sering disebut sebagai Kampus Putih tersebut, ia langsung disuguhkan dengan pemandangan almamater warna warni yakni mahasiswa dari berbagai universitas di Indonesia. Dengan dibekali dengan kegiatan rutin akhir pekan diantaranya kebhinekaan, Inspirasi, Refleksi dan Kontribusi sosial. Tentunya banyak hal yang dilakukan oleh peserta dalam kesehariannya.
Menempuh 16 SKS yang lintas jurusan, Maryati mengaku tidak merasa terkendala sama sekali. Hal ini justru baginya sebagai instrumen yang dapat memperkaya pengatahuannya sebagai calon pengajar kelak. Mata kuliah lintas jurusan yang diambilnya seperti, komunikasi lintas budaya, Psikologi sekolah, publikasi internasional, dan analisis Instrumen penelitian.
Hal yang menjadi unik dalam kegiatan kebhinekaan bagi Maryati, dengan mengeksplor kebudayaan di Kota Malang, Jawa timur. Ia turut membatik menggunakan alat canting. “Ini merupakan pengalaman baru yang saya rasakan, alat canting yang dulu saat SD hanya bisa dilihat di buku pelajaran, kini bisa mencobanya langsung melalui program PMM Angkatanke-3 di UMM sekarang,” tuturnya melalui wawancara via Wa tempo lalu.
Selain itu dalam kegiatan membatik, Maryati juga menuturkan bahwa tidak hanya sekadar membatik. Tetapi diharuskan untuk membatik dengan pola ciri khas daerah masing-masing. Kemudian, dengan pengetahuan yang ia miliki maka dipililah motif tembe nggoli nggusu upa dan pola icon kue tradisional Mbojo yaitu pangaha bunga. Pada saat proses membatik juga terjadi pertukaran informasi terkait budaya dan seni yang ada di daerah masing-masing.
Diakhir wawancara, Maryati mengucapkan terimakasih kepada Kemendikbud Ristek bapak Nadiem Makarim, yang telah menyediakan wadah bagi mahasiswa Indonesia untuk berani keluar dari zona nyaman menunju zona berkembang. Ia juga berharap agar kedepannya pogram positif dapat tetap dipertahankan.
“Terimakasih juga pada Kampus tercinta, STKIP Taman Siswa Bima. Tempat saya berproses, yang selalu memberi ruang dan kesempatan bagi seluruh Mahasiswanya untuk mengembangkan diri.” Tutupnya. (IAS)