Bima, Suaraberadab.com – Di kelas saya paling sering dorong mahasiswa jadi pengusaha. Kampus adalah laboratorium bisnis terbaik. Jangan tunggu wisuda. Create bisnismu sekarang.
Walau bermodal kecil, jual pun produk kecil kecilan. Gimana caranya ilmu dapat, keuntungan pun dapat. Buat perusahaan. Walau hanya ber-5. Anggap saja buat simulasi punya perseroan terbatas. Ada yang jadi komisaris, direktur, bagian pemasaran, operasional dan seterusnya. Namanya juga praktek, di laboratorium bisnis.
Mahasiswa antusias bertanya. Itu saat saya sampaikan kuliah umum terkait inovasi dan kewirausahaan mahasiswa di STKIP Taman Siswa Bima. Kemarin pagi hingga siang. Acara terselenggara dengan meriah.
Tapi bagi saya, yang berkesan, ketika saya diantar pulang adinda Bukhari. Beliau Adik Ketua STKIP Taman Siswa Bima, Dr. H. Ibnu Khaldun, M.Si..
Di jalan kami cerita panjang. Bukhari masih muda, seorang atlet tenis meja. Beberapa kali membela DKI Jakarta dalam perlombaan nasional. Pun internasional.
Bukhari passion-nya di tenis meja. Demikian pula sang istri. Mereka bisa berbulan-bulan ada di China. Latihan. Sebelum event dilaksanakan.
Bukhari punya bisnis gelanggang tenis meja. Pun sekolah tenis meja. Di Kota Surabaya. “Sekarang tenis meja menjadi trend bang, di kota besar”. Kata Bukhari.
Olah raga ini ringan, namun melatih reflek mata, pun badan semua bergerak. Bahkan menurut medis bila dilakukan secara rutin bisa mengatasi penyakit stroke.
Ini peluang. Ada banyak yang menyewa meja di gelanggang. Termasuk para eksekutif perusahaan. Biaya sewa per meja cukup Rp. 50-100 ribu satu jam. Itu sudah untung.
Bukhari juga cerita ketika 6 bulan di China. Betapa disiplinnya orang China melakukan apa saja. Termasuk di olah raga tenis meja. Juara dunia ada di sana.
China mendidik anak-anak untuk profesional. Berlatih dengan disiplin, tiga kali sehari. Bahkan konon atlet cuti hanya boleh beberapa hari saja dalam setahun. Generasi dilatih bermental baja. Tidak buang-buang waktu dengan percuma.
“Dari pada main HP, anak-anak, saya dorong untuk main tenis meja bang”. Lanjut Bukhari. Berbagai perlombaan diikuti si junior. Dukungan ibu-bapak yang juga juara tenis meja, jadikan tenis meja permainan yang menyenangkan bagi anak-anak Bukhari.
Kini, sembari mengelola kampus tercinta. STKIP Tamsis, Bukhari tetap merintis bisnis sport centernya. Di Surabaya. Berbekal budaya dan lingkungan di China, Bukhari juga ingin bisnis ini lahirkan petenis meja profesional masa depan. Termasuk dia ingin kampus STKIP Tamsis asri dan sejuk. Sehingga mahasiswa betah.
Sungguh menyenangkan. Saya menyampaikan motivasi bisnis ke mahasiswa. Namun justru saya dapat tambahan ilmu dari adinda Bukhari. Bisnis berdasar passion itu bisnis yang insya Allah akan langgeng. Karena dibangun dengan jiwa dan kecintaan akan profesi. (M. Firmansyah)