Kota Bima, Suaraberadab.com – Di balik kesederhanaan Kota Bima, Nusa Tenggara Barat, tersembunyi kisah inspiratif seorang mahasiswi bernama Nurmiatul Fitri. Kisah yang sebenarnya dekat dengan kita, tapi tidak seberisik kisah kekerasan yang mengelilingi kita, sehingga hampir tak terdengar. Di tengah kesibukannya sebagai mahasiswi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), Nurmiatul juga aktif bekerja, berbakti, dan meraih berbagai prestasi yang membanggakan.
Motivasi Nurmiatul untuk kuliah sambil bekerja sangatlah kuat, yaitu keluarga dan masa depannya. Ia tak ingin terlalu membebani orang tua dengan biaya kuliahnya. Selain itu, kondisi keluarga yang memburuk pada saat itu, baik dari segi ekonomi maupun kesehatan sang ayah, mendorongnya untuk mengambil keputusan tersebut.
“Yang memotivasi saya adalah keluarga dan masa depan saya. Saya tak ingin terlalu membebani orang tua saya dengan biaya perkuliahan. Selain itu, keadaan keluarga yang pada saat itu memburuk, baik di bagian ekonomi maupun kesehatan bapak saya, membuat saya mengambil keputusan itu,” ungkapnya dalam wawancara bersama media ini di STKIP Taman Siswa Bima, Senin (3/3/2025).
Awalnya, Nurmiatul mengaku kesulitan mengatur waktu antara kuliah, pekerjaan, dan masalah pribadi. Kelelahan sudah menjadi bagian dari kesehariannya. Di pagi hari, ia kuliah, dan di siang hari, saat jam istirahat, ia pulang ke rumah untuk membantu ibunya merawat bibi yang mengidap penyakit Alzheimer. Bahkan, tak jarang ia tidak sempat makan siang.
Tantangan terbesar yang dihadapi Nurmiatul adalah ketika ia ditunjuk oleh kampus sebagai mahasiswa yang mendapatkan kesempatan untuk mengikuti pertukaran pelajar secara daring di Universitas Muhammadiyah Mataram (UMMAT). Pada saat itu, ia sudah mulai bekerja membantu ibunya merawat bibinya. Di waktu yang sama, ayahnya juga dinyatakan mengidap penyakit diabetes.
“Saat itu bapak sudah tidak bisa bergerak dan saya meminta mama untuk kembali pulang ke sanggar dan saya yang menggantikannya bekerja. Banyak hal yang saya pikirkan di malam hari, tapi saya harus tetap fokus untuk belajar sampai malam, sampai saya mimisan sepanjang malam karena badan saya kelelahan, karena banyaknya pikiran dan banyaknya tugas.”
“Namun, pagi harinya saya tetap pergi ke kampus untuk kuliah seperti biasanya. Tidak jarang juga saya meminta izin pulang lebih cepat di dosen karena harus pulang mengganti pempers bibi dan memberi makan beliau. Lalu kembali ke kampus untuk kuliah seperti biasanya,” cerita Nurmiatul dengan nada haru.
Kelelahan menjadi makanan sehari-hari bagi Nurmiatul pada saat itu. Bahkan, ia jarang tidur di malam hari karena digunakan untuk belajar atau mengerjakan tugas kuliah. Namun, semua itu tidak menghentikannya untuk terus berprestasi.
Nurmiatul memiliki beberapa pencapaian akademik yang paling membanggakan.
Pertama, berkolaborasi dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) dan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dalam penelitian sampah, hingga membuat video kolaborasi tentang pengolahan sampah menjadi kompos. Kedua, mengikuti pertukaran pelajar jarak jauh di UMMAT. Ketiga, mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) dan mendapatkan banyak ilmu dalam kepenulisan.
Keempat, lulus program pemerintah Kampus Merdeka di bagian Kampus Mengajar. Kelima, melakukan penelitian literasi di daerah 3T bersama dosen. Keenam, menulis jurnal Sinta dan jurnal biasa, serta memiliki HKI buku ajar digital. Ketujuh, sering mengikuti lomba tulisan, baik esai, cerpen, maupun puisi, dan tulisannya selalu diterbitkan di setiap lomba (kecuali esai).
Menurut Nurmiatul, ilmu yang didapatkan di bangku kuliah dan pengalaman bekerja sangat saling terkait. Keterampilan mengoperasikan komputer, terutama aplikasi Excel dan Word, sangat berguna dalam pekerjaan. Di lingkungan kerja, ia menerapkan pengontrolan emosi dan manajemen waktu yang baik, yang ia pelajari dalam dunia pendidikan.
“Dukungan kampus pada saat itu sangat mengejutkan. Saya pernah pada saat ujian dan kuliah tidak jarang saya meminta izin untuk pulang mengganti pempers bibi dan mereka memberikan izin, tapi dengan satu syarat saya harus mampu mengejar ketinggalan dan mengganti ujian pada saat itu dengan proyek karena saya meninggalkan kelas di tengah ujian semester akhir (UAS),” ungkapnya.
Pengalaman kuliah sambil bekerja telah membentuk Nurmiatul menjadi pribadi yang lebih disiplin, adaptif, dan memiliki mentalitas yang kuat. Ia belajar bagaimana menjadi seorang pemimpin, berpikir kritis, dan memecahkan masalah. Ia juga mulai mengenal minat dan bakatnya, serta menyicil kesuksesan yang ia tulis saat ini.
“Dunia pendidikan sudah jelas mengajarkan saya ilmu yang sangat banyak, ditambah dunia kerja mengajarkan saya tentang mentalitas dalam pekerjaan. Dalam pendidikan, saya belajar bagaimana menjadi seorang pemimpin, cara berpikir kritis dan problem solving dalam ilmu pengetahuan. Dalam pekerjaan, saya belajar bagaimana disiplin, beradaptasi dengan dunia kerja, memperluas jaringan. Dari kedua hal itu, saya mulai mengenal minat dan bakat saya di bagian apa dan mulai menyicil kesuksesan yang saya tulis saat ini,” jelasnya.
“Jika kamu ingin sukses, maka pegang satu nasihat ini: jangan pernah kamu membohongi orang tua kamu mengenai biaya perkuliahan kamu, atau kamu akan merasakan kesulitan dalam pendidikan atau paling tersulit kamu tidak akan pernah sukses,” pungkasnya.
Kisah Nurmiatul Fitri adalah bukti nyata bahwa dengan tekad yang kuat, kerja keras, dan dukungan dari berbagai pihak, siapa pun dapat meraih kesuksesan, bahkan di tengah keterbatasan. Kisahnya ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi mahasiswa lain untuk terus berjuang dan meraih impiannya. (tim)