Bima, Suaraberadab.com – ProdiPGSDTamsis (7/1/2025) – Belum lama ini, STKIP Taman Siswa Bima (Tamsis) sukses menggelar kegiatan Daring Strategi Menjadi Prodi Unggul. Kegiatan yang dihadiri oleh semua organisasi tata kelola (OTK) lingkup STKIP Tamsis Bima itu mampu menyuburkan pandangan terkait cara pengelolaan Prodi. Sebagai bentuk tidak lanjut, Prodi dengan peminat tertinggi itu akan menggelar kolokium pengembangan dosen: membangun kapasitas dan karier.
Sebagai pembicara, diundang pembicara yang sama dari sebelumnya; Prof. Dr. Suyatno. Guru besar dari Universitas Ahmad Dahlan ini diharapkan akan memaparkan langkah untuk peningkatan kapasitas dan karier dosen. Nutrisi yang akan disharing adalah terkait Jafung, CV, Karya Monumental, Jejaring, dan Integritas yang harus dinaikkan levelnya oleh dosen.
Sedianya, kegiatan tersebut direncanakan dilaksanakan pada Jumat, 10 Januari 2025, puku 13.30 Wita, secara Daring. Sekretaris 1 Prodi PGSD Tamsis Bima, Syahriani Yulianci, M.Pd., menjelaskan bahwa kegiatan tersebut memiliki 2 tujuan. Yaitu meningkatkan kemampuan dan kompetensi dosen dalam tridarma perguruan tinggi dan mengembangkan kapasitas dan karir dosen untuk mencapai standar kualitas pendidikan tinggi.
“Pihak yang akan terlibat adalah semua dosen tetap Prodi PGSD. Kurang lebih 40 orang. Nanti akan mengajak dosen dari homebase Prodi lain. Kapasitas yang tersedia terbatas, hanya sampai 100 partisipan saja,” jelasnya di ruang kerjanya, Selasa (7/1/2025).
Dirinya berharap, agar kegiatan dapat berlangsung dengan lancar. Sehingga berimbas pada peningkatan karier dosen. “Ke depannya, akan terus dilaksanakan kegiatan seperti ini. Tidak hanya untuk kapasitas dosen, tetapi juga untuk mahasiswa,” tutupnya.
Sebagai informasi, beberapa tanggapan Prof. Dr. Suyatno dari hasil kegiatan sebelum (Menuju Prodi Unggul, red) sangat memperhatikan esensi dari pengembangan program studi dan kepemimpinan yang kuat dalam institusi pendidikan. Sosok yang akrab disapa Suyatno itu menekankan pentingnya membangun visi bersama.
Tidak hanya datang dari pimpinan tetapi juga dilibatkan oleh seluruh civitas akademika, termasuk dosen dan tenaga kependidikan. Dalam hal ini, sambungnya, merujuk pada konsep kepemimpinan yang ada dalam buku Good to Great oleh Jim Collins.
“Menunjukkan bahwa transformasi lembaga pendidikan dari baik menjadi hebat bergantung pada kesatuan visi yang dibangun bersama oleh semua pihak, bukan hanya berdasarkan visi seorang pimpinan. Harus lebih sering berinteraksi dalam suasana informal. Seperti duduk bersama atau berbicara dalam perjalanan, karena ide-ide yang muncul dalam interaksi seperti itu sering kali lebih bermanfaat daripada dalam rapat formal,” paparnya.
Suyatno menyoroti pentingnya membangun kesadaran kolektif di program studi. terutama dalam aspek Tridarma perguruan tinggi yang mencakup pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Dirinya mengingatkan bahwa pengembangan program studi tidak dapat berjalan dengan optimal jika hanya dilakukan oleh pimpinan tanpa keterlibatan aktif dari seluruh dosen dan tenaga kependidikan. Untuk itu, diperlukan strategi dan langkah-langkah yang membangun kesadaran kolektif dalam setiap aspek pengembangan program studi, baik dalam pengajaran, riset, maupun pengabdian. (Tim PGSD)