Bima, Suaraberadab.com – Kesempatan itu datang ketika kamu siap. Kira-kira begitu kata kaum cendekia. Memang tidak semua orang memiliki kesempatan yang sama. Tapi hanya sedikit juga yang dapat menyiapkan diri untuk mendapatkan kesempatan itu. Salah satunya adalah Fahrun, mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) semester 5 dari STKIP Taman Siswa Bima.
Saat bergabung dengan PMM di Universitas PGRI Semarang (UPGRIS), Fahrun mengalami momen-momen yang mengubah pandangannya tentang hidup dan belajar.
Bagi Fahrun, PMM bukan hanya sekadar pengalaman akademis, tetapi juga perjalanan menuju kedewasaan dan keberanian. Merantau dari keluarga untuk pertama kalinya. Merasakan naik pesawat untuk pertama kalinya. Semuanya menjadi bagian dari petualangan yang tak terlupakan.
Dalam kehidupan kampus yang baru, Fahrun dihadapkan pada tantangan-tantangan baru. Mulai dari menyesuaikan diri dengan mata kuliah yang berbeda hingga beradaptasi dengan fasilitas yang belum pernah digunakannya sebelumnya. Namun, dengan tekad dan dukungan dari teman-teman baru, setiap rintangan berhasil dia taklukkan.
Terlihat biasa saja? Ya, mungkin bagi Anda. Bagi Anda yang hidup selalu tercukupi. Tapi bagi Fahrun dan semua anak yang hanya bisa bermimpi tentang semua itu. Pengalaman naik pesawat dan ke luar daerah untuk belajar tentu saja tidak biasa.
Salah satu momen berkesan Fahrun adalah ketika dia mengikuti rangkaian kegiatan PMM, seperti Kebhinekaan, Inspirasi, Refleksi, dan Kontribusi Sosial. Momen yang paling menarik adalah saat dia menjelajahi Candi Borobudur, sebuah tempat bersejarah yang sebelumnya hanya dia lihat dalam buku dan media elektronik. Kini, dia bisa merasakan kehadiran dan keindahan monumen tersebut secara langsung.
Tidak hanya itu, kehidupan di asrama juga memberikan pengalaman berharga bagi Fahrun. Dia menghabiskan waktu bersama teman-teman dari seluruh penjuru Indonesia, merajut persahabatan, dan belajar arti toleransi secara langsung. Meskipun waktu yang dihabiskan bersama berakhir pada tanggal 21 Januari, ikatan yang terbentuk tidak pernah pudar.
Fahrun juga mengucapkan terima kasih kepada Kemendikbud Ristek, Bapak Nadim Makarim, dan tim PMM atas kesempatan yang diberikan. Dia berharap agar program ini dapat terus berlanjut, memberikan kesempatan kepada lebih banyak mahasiswa untuk merasakan pengalaman yang sama seperti yang dia alami.
Tidak lupa, Fahrun juga menyampaikan terima kasih kepada keluarga, teman-teman, dan STKIP Tamsis Bima yang telah memberikan dukungan penuh selama perjalanan PMM. Menjadi bagian dari PMM Batch 3 adalah kebanggaan bagi Fahrun dan menjadi pijakan awal untuk meraih mimpi dan kesuksesan di masa depan.
Jika titik-titik yang menyiapakan Fahrun mendapatkan kesempatan itu tidak saling terhubung, maka tulisan ini hanya imaji bukan fakta. Seperti yang ia katakan, keluarga, teman, kemdikbud, dan Tamsis telah menjadi titik yang membuka kesempatan baginya.
Kata Steve Jobs, “Kamu tidak bisa menghubungkan titik-titik itu dengan melihat ke depan. Kamu hanya bisa menghubungkannya dengan melihat ke belakang. Jadi kamu harus percaya bahwa titik-titik itu akan terhubung dengan cara tertentu di masa depanmu.”
Tamsis telah menjadi salah satu titik yang menghubungkan masa depan Fahrun, seperti yang telah ia ceritakan. Harapannya, Tamsis bisa terus menjadi titik itu, titik yang akan membuka masa depan bagi semua generasi yang ingin memiliki kesempatan yang serupa. (Fahrun & RjA)