Cara Menyikapi Perbedaan Empat Mazhab di Indonesia

Ilustrasi.

Bima, Suaraberadab.com— Merawat persaudaraan merupakan sikap mulia yang menjadi teladan para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Salam. Namun pada realitas sekarang memasuki akhir zaman, tak sedikit umat Islam yang saling menyakiti hati saudaranya, bahkan karena persoalan sepele.

Hal tersebut disampaikan Ustadz Syarifuddin S.Pd saat menjadi khatib salat Jumat di Masjid Al Barokah Sudirman, STKIP Taman Siswa Bima, Jumat (21/1/2022).

Bacaan Lainnya

“Sebagaimana Nabi meriwayatkan dalam sebuah ayat, sebagai sebuah keutamaan agar kita saling mencintai sesama, agar juga saling menumbuhkan persaudaraan, kasih sayang di antara kita. Walaupun tidak ada persamaan kedudukan. Walaupun ada perbedaan yang lainnya,” ujar Sekretaris Majelis Dakwah Islam Indonesia (MADINA) Cabang Bima ini.

Ustadz Syafruddin menukil Surah al-Hujarah: 10, yang artinya: Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat. Hal tersebut juga sebagaimana diriwayatkan HR Ahmad, Ath-Thabrani dan Al Hakim.

“Maka sebagai orang beriman kepada Allah, wajib mendamaikan saudara-saudara kita yang berseteru agar tidak terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan dan orang orang beriman itu, kecintaanya kepada Allah begitu luar biasa, kecintaannya kepada Rasulullah luar biasa, begitu juga kecintaanya kepada saudaranya sesama muslim luar biasa,” ujarnya.

Dikisahkan ketika Rasulullah memerintah para sahabat berhijrah ke Madinah, sontak pada saat itu kaum muslimin dan muslimat, sahabat yang mulia Abdurrahman bin Auf yang dijamin Allah masuk surga menawarkan berbagai hartanya untuk para sahabat lain. “Saya punya banyak harta, saya kasih kepada engkau separuh dari pada harta saya. Ia berikan kepada sahabat. Tidak cukup sampai di situ, saya punya beberapa istri, pilihlah yang mana yang kau suka, akan saya talak dan setelah selesai masa ida-nya, maka kawinlah dengannya,” kata Ustadz Syarifuddin menukil Sahabat Abdurrahman bin Auf.

“Begitu luar biasa ditampakan Sabahat-Sahabat Rasulullah, lalu mengapa dengan sahabat kita. Lalu tidak membutuhkan waktu lama, sahabat ini menjadi orang yang sangat kaya. Kita tidak membicarakan hartanya, tapi begitu mulianya sahabat zaman Rasulullah yang lebih mendahulukan sahabat-sahabatnya, saudaranya melebihi harga dirinya,” kata Ustadz Syafruddin melanjutkan.

Adapun berkaitan perbedaan-perbedaan pendapat di antara mereka, para sahabat legowo. Mereka mementingkan sahabat dari pada perbedaan pendapat di antara mereka. Ustadz Syarifuddin pun membandingkan realitas sekarang di tengah masyarakat, seperti peristiwa aktual penyerangan sekelompok masyarakat dari Kecamatan Sape yang didasari salah satu warga terbunuh.

“Saudara kita di Kecamatan Sape terlibat baku hantam dan ada yang meninggal dunia, sehingga tidak putus dari itu mereka menuntut dipenjara atau mereka bisa membunuhnya. Maka jemaah kaum muslimin, sidang Jumat yang dimuliakan Allah, tidak sampai di situ, ada yang sampai perbedaan keyakinan di antara kita, memutus silaturahmi, antara istri istri kita. Rela kita memutus silaturahmi di antara orang-orang yang kita cintai,” ujarnya.

Dikatakannya, umat Islam disatukan dua kalimat mulia (syahadat). “Ketika kalimat indah itu keluar dari mulut saudara kita, maka ketahuilah dia adalah saudara kita yang wajib kita lindungi harkat dan martabat mereka, yang wajib kita lindungi ketika mereka membutuhkan kita, karena dipersaudarakan oleh Allah SWT dengan dua kalimat yang mulai itu,” katanya.

Adapun berkaitan perbedaan empat mazhab besar di Indonesia yakni Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam Syafi’i dan Imam Hambali, mestinya tidak menjadi persoalan. Apalagi menimbulkan perpechan. Karena para ulama besar tersebut saling menghormati, walaupun terdapat perbedaan uslul fiqih dan fiqih. Namun sejatinya perkara fur’iyah tak menjadikan umat pecah. Misalnya perbedaan ada yang qunut dan tidak qunut. Hal itu telah diazarkan empat ulama besar yang mazhabnya terkenal di Indonesia.

“Apakah kita akademisi ketika ada perbedaan ilmu yang mereka terima, ada yang di kampus ini, di luar negeri, ada yang di Mesir, ada yang di Arab. Ada perbedaan pendapat, cara mempelajari  dalil, mazhab, cara memaknai dalam kehidupan sehari hari dan inilah yang diinginkan oleh orang orang kafir, kita sibuk dengan perbedaan-perbedaan itu, kita saling berseteru,” ujarnya.

Ustadz Syarifuddin menukil QS Al Baqarah: 120, yang artinya: Dan orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rela kepadamu (Muhammad) sebelum engkau mengikuti agama mereka. Dan janganlah engkau, wahai Nabi Muhammad, bersusah payah mencari kerelaan orang-orang yang ingkar.

Diingatkannya agar umat Islam selalu menjaga silaturahmi. Salah satunya mengunjugi sahahat ataupun teman yang sedang mengalami sakit. Karenah hal itu dapat menjadi doa dan kebagiaan bagi yang sedang sakit, sehingga dapat cepat sembuh. [US]

Pos terkait