Bima, Suaraberadab.com – Otonomi daerah seharusnya menjadi langkah untuk mencapai kemandirian setiap wilayah di Indonesia. Namun, realitanya banyak tantangan yang menghalangi tujuan tersebut. Dalam upaya memperkuat otonomi daerah melalui proses pemilihan kepala daerah (Pilkada), FOKKA Institute, Agenda 45, dan STKIP Taman Siswa Bima menggelar diskusi terbatas di Gedung Beradab, Kampus Induk STKIP Taman Siswa Bima, pada Minggu (11/08/2024).
Ketua FOKKA Institute, H. Arsyad Hasan, M.Kom., sebagai salah satu inisiator acara, mengajak semua peserta diskusi untuk bersama-sama mencari formulasi otonomi daerah yang sesuai dengan kondisi lokal. “Kita ingin bersama-sama mencari formula otonomi daerah yang relevan untuk Bima, agar kita bisa memberikan masukan yang konkret kepada para pembuat kebijakan di Jakarta berdasarkan data dan fakta yang ada,” ungkapnya saat membuka diskusi.
Menurut H. Arsyad, diskusi ini sangat penting sebagai kontribusi nyata dalam menentukan arah dan tujuan pembangunan Indonesia menuju tahun 2045. “Ini adalah momen untuk membangun tradisi berpikir secara kolektif. Selama ini, pola pikir kita cenderung satu arah, hanya menerima. Sekarang saatnya kita saling bertukar pikiran dan memperkuat argumen,” tambahnya.
Ketua STKIP Taman Siswa Bima, Dr. H. Ibnu Khaldun Sudirman, M.Si., dalam sambutannya merasa terhormat kampusnya menjadi tuan rumah untuk forum diskusi yang penting ini. Menurutnya, diskusi ini adalah wadah untuk menghimpun informasi yang nantinya akan menjadi dasar kebijakan desentralisasi. “Kita seharusnya sudah tidak lagi tersentralisasi. Namun kenyataannya, 520 kabupaten dan kota masih menghabiskan anggaran besar hanya untuk ke Jakarta dalam dua bulan terakhir. Ini menjadi pekerjaan rumah bagi kita semua,” tegasnya.
Sementara itu, Direktur Agenda 45, Warsito Ellwein, menekankan pentingnya diskusi seperti ini dilakukan secara berkelanjutan. Ia juga menyoroti perlunya komitmen dari para pengambil kebijakan di pusat untuk mendukung upaya penguatan otonomi daerah. “Masa depan Indonesia sangat bergantung pada daerah-daerah, tidak bisa hanya diurus di pusat. Teknologi informasi sekarang membuka peluang besar bagi kita untuk mendapatkan pengetahuan dan informasi dari seluruh dunia,” ujarnya.
Warsito menambahkan bahwa masalah yang dihadapi Bima tidak bisa diselesaikan hanya oleh orang-orang lokal. Perlu ada perbaikan tata kelola dan peningkatan kapasitas melalui pemanfaatan teknologi. “Saya lahir dari keluarga miskin di desa, tetapi perubahan dan kemajuan sangat mungkin dicapai dengan kerja keras dan pemanfaatan teknologi,” tekannya.
Di akhir diskusi, Warsito mengajak semua pihak untuk bersama-sama menciptakan otonomi daerah yang benar-benar membantu masyarakat berkembang, bukan hanya untuk kepentingan pusat. “Kita harus bergantung pada kemampuan kita sendiri, bukan menunggu bantuan orang lain. Kepala daerah seharusnya selalu introspeksi dan berfokus pada kepentingan masyarakat, bukan janji-janji kosong demi kepentingan pribadi,” pungkasnya.
Diskusi yang berlangsung dari pukul 13.00 hingga 17.00 WITA ini berjalan lancar dengan partisipasi aktif dari berbagai tokoh, termasuk Ketua FOKKA Institute, H. Arsyad Hasan, Ketua STKIP Taman Siswa Bima, Dr. H. Ibnu Khaldun Sudirman, M.Si., dan Direktur Agenda 45, Warsito Ellwein. (Tim)