Oleh: Rizalul Fiqry
Bima, Suaraberadab.com – Hari ini, 20/3/2024, aku termasuk yang telat datang ke kampus, 08.20 Wita. Suasana kampus dengan warna merah marun itu begitu tenang. Menggema lantunan mahasiswa dan dosen yang membaca Alquran di setiap kelas yang masuk jam pertama.
Langkahku percepat, ketika melihat Ketua STKIP Taman Siswa Bima, Dr. Ibnu Khaldun Sudirman, M.Si., tengah memberi motivasi pada mahasiswa di ruang kelas mahasiswa Prodi Pendidikan, Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi. “Aku terlambat,” batinku sembari mempercepat langkah. Tentu sebelum masuk kelas, kusapa anak Sulung Alm. H. Sudirman itu.
Sama seperti yang lain, ketika masuk kelas, kami memulai perkuliahan dengan berbagi energi spiritual; Al Baqarah (21-25). Seketika suasana menjadi sejuk.
Suasana seperti ini tidak hanya terlihat di bulan Ramadan saja, tetapi sudah tertuang dalam aturan ketua. Barangkali, yang menjadikannya lebih khidmat, adalah kondisi civitas akademika yang mayoritas menjalankan ibadah puasa.
Tak hanya di kelas, kampus dengan moto pendidikan untuk peradaban itu membangun program Ramadhan Beradab. Di antaranya adalah buka puasa bersama, dan memakmurkan masjid. Terlihat berbeda dari Ramadhan sebelumnya, antusias mahasiswa sangat tinggi. Biasanya masjid kampus Al Baroqah Sudirman hanya diisi kaum adam, kali ini nyaris sama.
Terakhir, saat konfirmasi ke sekretaris Dewan Keluarga Masjid (DKM) Al Baroqah Sudirman, Ust. Hasajudin, S.Pd., jumlah jamaah Isya dan Tarawih lebih dari 150 orang. “Ukurannya, kami sediakan 150 bubur kacang ijo. Dan, kurang,” ungkapnya usai Tarawih, 19/3/2024.
Mengutip obrolan dengan Ketua, semalam, bahwa di kampus 2 Tamsis, Kota Bima, suasananya keakraban antar-keluarga kampus merah begitu kental. Sejak hari pertama, diberlakukan buka puasa bersama dengan penanggung jawab secara bergantian setiap kelas.
“Di kampus 2 itu, buka puasa dikoordinasi oleh dosen PA. Jadi setiap hari bergantian kelas yang memfasilitasi menu berbuka, memandu jalannya salat magrib, isya, kultum, dan tarawih. Saya saja tadi makan bersama dengan mahasiswa di kampus 2,” ceritanya.
Tamsis, terasa terus menyetarakan frekuensi dan energi religiusnya dengan segenap civitas yang ada. Akankah “mawar” Ramadan akan mekar di Tamsis? Di tulisan ini, aku tak berani menyimpulkan. Tetapi, hati sejuk yang kurasa, baik di kelas maupun di lingkungan kampus.
“Mawar” Ramadan Mekar di Tamsis?
